Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), terus melakukan upaya peningkatan riset melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), terus mengembangkan riset dan inovasi teknologi di sektor kelautan dan perikanan. Upaya yang dilakukan adalah dimaksudkan untuk mendukung program riset dan inovasi teknologi perikanan yang dikembangkan pihaknya dilakukan dalam rangka mendukung tiga program prioritas utama yang menjadi terobosan KKP Tahun 2021-2024. Produksi Udang Vaname Superintensif di Takalar Terus Digenjot
Salah satunya upaya yang dilakukan oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros melalui aplikasi sistem progresif, sludge collector dan microbubble pada budidaya udang vaname superintensif, yang merupakan perbaikan kinerja budidaya udang vaname superintensif.
Hal tersebut ditandai dengan panen total udang vaname tambak superintensif di Instalasi Tambak Percobaan BRPBAP3, Desa Punaga, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan, pada 28 Juli 2021. Instalasi tambak ini telah dikunjungi Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono pada 18 Juni lalu.
Saat ini ada beberapa manfaat yang dihasilkan dari riset yang dikembangkan. Pertama, peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan. Kedua, Pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor didukung riset kelautan dan perikanan. Ketiga, pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal.
Upaya pengembangan riset dengan melakukan aplikasi sistem progresif, sludge collector dan microbubble pada budidaya udang vaname superintensif dilakukan untuk menggenjot produksi perikanan budidaya udang vaname dalam rangka mendukung peningkatan ekonomi nasional dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Hasil riset terbaru dari BRPBAP3 menerangkan bahwa SC (Sludge Collector) menghasilkan performa kualitas air yang lebih stabil dibandingkan CD (Central Drain) karena adanya pembuangan sludge yang lebih efektif. Perlakuan SC menghasilkan produksi 5.256 kg lebih tinggi dibandingkan perlakuan CD sebesar 4.849 kg atau terjadi peningkatan produksi sebesar 8,4 persen, dengan peningkatan sintasan sebesar 10 persen, penerimaan 6,4 persen lebih tinggi dan FCR lebih rendah sebesar 14,5 persen dibandingkan perlakuan CD. Upaya riset ini mendapat apresiasi dari beberapa pihak terkait. Kepala BRPBAP3 menyatakan komitmennya untuk bersinergi dalam memanfaatkan teknologi yang dihasilkan BRPBAP3, terutama teknologi yang bisa diaplikasikan langsung oleh masyarakat. Produksi Udang Vaname Superintensif di Takalar Terus Digenjot