Upaya riset terhadap pengembangan kebermanfaatan komoditi rumput laut terus menerus dikembangkan. Hal ini menjadi prioritas utamanya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam upaya mendorong riset pengolahan rumput laut tanpa limbah untuk menghasilkan nilai tambah. Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) mengatakan saat ini Indonesia merupakan salah satu negara eksportir rumput laut terbesar dunia. Riset saat ini diprioritaskan pada upaya pengolahan rumput laut tanpa limbah. Salah satu kerja sama dilakukan dengan satu sebuah perusahaan di Pandaan, Jawa timur, untuk mengembangkan instalasi pengolahan limbah cair dan padat. Potensi Pengembangan Limbah Rumput Laut
Upaya nyata untuk mengolah rumput laut menjadi barang jadi akan terus diupayakan agar Indonesia tidak terus menerus mengekspor bahan mentah, tetapi bisa untuk mendapatkan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Selain itu, diharapkan bisa menghasilkan produk samping berupa pengolahan limbah padat dan cair dari industri tersebut yang masih bisa dimanfaatkan. Saat ini riset rumput laut dapat dikembangkan dan diolah menjadi produk kosmetik, farmasi, makanan, bumbu, agar-agar, puding, jelly, dan pangan fungsional lainnya.
Upaya pengolahan tersebut, harus dipikirkan agar bisa menghasilkan produk yang memberi kemanfaatan tinggi dan tidak menghasilkan limbah yang akhirnya dapat menjadi masalah baru bagi industri dan lingkungan sekitarnya. Limbah pengolahan rumput laut Gracilaria dan Cottonii dalam negeri menghasilkan limbah cair sebanyak 8.174.150 m3 dan limbah padat 62.506 ton per tahun. Limbah ini harus dimanfaatkan, sehingga sejalan dengan blue economy yang dikembangkan KKP.
Potensi pemanfaatan limbah cair antara lain daur ulang dan pupuk cair, sedangkan limbah padat dapat menjadi bahan baku keramik, particle board, pupuk, bata ringan, dan sebagainya. Pada 2018 Indonesia menjadi pengekspor rumput laut tertinggi dunia yang didominasi jenis Eucheuma cottonii. Indonesia masuk dalam jajaran produsen utama rumput laut dunia, menguasai lebih dari 80 persen supply share, utamanya untuk tujuan ekspor ke China.
Dalam pengolahan limbah rumput laut dibagi atas dua fase yakni fase cair dan fase padat. Untuk pembuatan particle board sendiri saat ini. Fase cair berasal dari pencucian dan presipitasi ekstraksi rumput laut, sedangkan fase padat berasal dari pemisahan ekstrak rumput laut dari padatannya. Komposisi utama fase padat adalah selulosa, sedangkan komponen lainnya adalah mineral-mineral. Kadar air fase padat dapat mencapai 68,4%, kadar abu 31%, dan kadar serat 20,1%. Kandungan selulosa yang tinggi pada limbah padat pengolahan rumput laut ini dijadikan dasar untuk memanfaatkannya menjadi bahan pembuatan papan partikel. Potensi Pengembangan Limbah Rumput Laut