Genjot Produksi Beras, Kementan Selipkan Padi di 500.000 Ha Kebun Sawit

Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan penanaman 500.000 hektare padi gogo di lahan kelapa sawit. Wakil Menteri Pertanian, Harvick Hasnul Qolbi mengklaim bahwa tumpang sari padi di lahan sawit sejalan dengan program akselerasi dan percepatan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang ditargetkan mencapai 120.000 hektare. “Tumpang sari dengan menanam padi gogo sebagai langkah strategis mengantisipasi dampak El-Nino,” ujar Harvick dalam keterangan resmi, Selasa (5/3/2024). Adapun lahan sawit yang bakal ditanyai padi gogo tersebar di berbagai wilayah di antaranya lahan milik perusahaan BUMN PalmCo seluas 5.000 hektare, suporticongCo seluas 10.000 hektare, lahan perusahaan anggota Gapki seluas 3.550 hektare dan lahan petani anggota Apkasindo seluas 67.400 hektare.

Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono membeberkan, bahwa pihak Kementerian Pertanian (Kementan) meminta para pengusaha sawit untuk segera merealisasikan program penanaman padi gogo di lahan sawit yang tengah diremajakan. Menurut Eddy, mandat tersebut dianggap Kementan sebagai upaya untuk membantu produksi beras nasional yang saat ini tengah mengalami krisis akibat dampak El Nino.

“Kami kemarin dipanggil Kementan, gapki juga diminta untuk membantu ketahanan pangan beras dengan melakukan tumpang sari [padi gogo] di dalam peremajaan sawit rakyat,” ujar Eddy dalam konferensi pers, dikutip Rabu (27/2/2024). Eddy mengatakan, di tahap pertama penanaman direncanakan bakal dilakukan di Kalimantan Selatan pada Kamis pekan ini. Namun, menurutnya rencana itu bakal tertunda dari pihak Kementan. “Jadi sebenarnya, penanaman hari Kamis ini ke kalsel, tapi pak mentan tiba-tiba enggak bisa jadi ditunda tapi kita sudah siapkan penanamanya di Batu Licin,” kata Eddy.

Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), Bustanul Arifin mengatakan, penanaman padi gogo tidak bisa serta-merta diandalkan sebagai alternatif sumber penyediaan beras nasional. Musababnya, produktivitas padi gogo dianggap lebih rendah dari pada padi di lahan sawah. Namun, penanaman padi gogo tumpang sari di lahan sawit yang baru diremajakan dianggap bisa menjadi sumber pemasukan petani sawit selagi menunggu tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan. “Padi gogo produktivitasnya masih rendah, kira-kira paling tinggi 4 ton per hektare, rata-rata 1-2 ton per hektar. Mungkin kita enggak bisa berharap itu menjadi alternatif sumber penyediaan beras,” ujar Bustanul dalam kesempatan yang sama.

Related Article  Kementan dan BUMN Komitmen Wujudkan Swasembada Gula