Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan, risiko kekeringan lahan padi efek fenomena El Nino pada bulan Juli-September 2023 mayoritas dalam kategori rendah. Di saat bersamaan, Kementan mengklaimĀ tak ada lahan sawah yang berpotensi tinggi dan sangat tinggi mengalami kekeringan.
Hal itu disampaikan oleh Koordinator Pemasaran dan Investasi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) Kementan Indah Sulistyo Rini saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2023, Senin (11/9/2023).
“Untuk periode Juli-September 2023, prediksi luas risiko kekeringan untuk komoditas padi sawah di Indonesia dalam kategori rendah-sedang,” katanya. “Prediksi kekeringan kategori sedang secara nasional pada bulan Juli ada 253.559 hektare (ha) atau 3,35% terhadap total risiko kekeringan. Bulan Agustus ada 268.123 ha, atau 3,41% terhadap total risiko kekeringan. Dan, pada bulan September ada 96.128 ha, atau 1,27% terhadap risiko kekeringan,” papar Indah.
Kementan, lanjutnya, telah melakukan upaya antisipasi terhadap dampak El Nino di sektor pertanian. “Upaya antisipasi El Nino dimulai dengan mapping (pemetaan) lokasi terdampak kekeringan. Serta mengelompokkan menjadi daerah merah, kuning, dan hijau,” katanya. “Kemudian percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan dan peningkatan ketersediaan alsintanĀ (peralatan dan mesin pertanian) untuk percepatan tanam,” tambahnya.
Selain itu, kata dia, Kementan melakukan peningkatan ketersediaan ari dengan membangun embung dan rehabilitasi jaringan irigasi tersier, serta pompanisasi. Juga dilakukan penyediaan benih tahan kekeringan dan OPT (hama), program 1.000 ha per kabupaten adaptasi dan mitigasi dampak El Nino.
Kemudian Gerakan Nasional El Nino pertambahan pertanaman 500.000 ha di 10 provinsi dan 100 kabupaten, pengembangan pupuk organik terpusat dan mandiri, dukungan pembiayaan KUR dan asuransi pertanian, serta penyiapan lumbung pangan sampai tingkat desa.
“Kami melakukan koordinasi dengan perbankan untuk penyaluran KUR dan pencairan asuransi terutama untuk komoditas padi dan jagung. Karena biasanya perbankan di situasi kekeringan seperti ini agak berhati-hati menyalurkan KUR,” ungkapnya. “Padahal karena APBN terbatas, maka kami memassifkan upaya dukungan perbankan agar tak ragu menyalurkan KUR dan asuransi di semester kedua ini,” kata Indah.
Berikut wilayah sasaran program Gernas Kementan mengatasi dampak El Nino:
6 provinsi utama, yaitu:
– Sumatra Utara: 13 kabupaten, 45.000 ha
– Sumatra Selatan: 10 kabupaten, 74.500 ha
– Jawa Barat: 6 kabupaten. 39.500 ha
– Jawa Timur: 14 kabupaten, 59.000 ha
– Jawa Tengah: 22 kabupaten, 86.000 ha
– Sulawesi Selatan: 11 kabupaten, 81.000 ha.
4 provinsi pendukung, yaitu:
– Lampung: 6 kabupaten, 36.000 ha
– Banten: 4 kabupaten, 16.000 ha
– Kalimantan Selatan: 9 kabupaten, 51.000 ha
– NTB: 5 kabupaten, 12.000 ha.
Seperti diketahui, El Nino merupakan fenomena iklim yang bisa memicu anomali kenaikan suhu sehingga memicu kekeringan dan panas di saat musim kemarau lebih ekstrem dari musim kemarau biasanya. BMKG memprediksi, El Nino akan bertahan pada level moderat hingga Desember 2023-Januari-Februari 20234. Di saat bersamaan, Indian Ocean Dipole (IOD) positif diperkirakan akan bertahan hingga akhir tahun 2023.