Cocoa Sustainability Partnership sebagai sebuah forum kemitraan publik dan swasta, yang secara aktif terlibat dalam upaya peningkatan dan pengembangan sektor kakao yang berkelanjutan di Indonesia telah bekerja bersama petani kakao rakyat di seluruh Indonesia dalam masa lima belas tahun. Bersama dengan anggota dan mitra strategis lainnya, CSP telah mengembangkan beragam inisiatif sebagai upaya peningkatan produktivitas kakao nasional. CSP Komitmen Tingkatkan Produktivitas Kakao Nasional
Guna mengukur keberhasilan dan membangun koordinasi multi pihak, CSP melaksanakan Rapat Umum Anggota sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Dan pelaksanaan pertemuan anggota di akhir 2021 ini, Rapat Umum Anggota CSP membicarakan tentang upaya peningkatan produktivitas kakao nasional melalui pendekatan lanskap di tengah pasar global berkelanjutan. Saat ini dibutuhkan kolaborasi multi pihak untuk peningkatan produktivitas kakao di sentra produksi.
Kakao sendiri merupakan salah satu komoditas perkebunan ke empat terbesar penyumbang PDB Perkebunan adalah sekitar 11,2% yang menunjukkan sektor hilir pengolahan kakao berperan efektif sebagai leading sector. Total nilai ekonomi yang disumbangkan oleh kakao dan cokelat terhadap ekonomi adalah sebesar 44,5 trilyun rupiah
Saat ini CSP telah berhasil membantu dan membina petani, baik dalam penyediaan Pupuk NPK Formula Khusus Bersubsidi, peningkatan kapasitas petani, dan penyerapan pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Menteri Pertanian Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo menyambut baik komitmen CSP guna menghadirkan rekomendasi dan konsepsi pemikiran tentang bagaimana pemerintah membangun koordinasi dan sinergi dengan CSP akan melangkah ke depan untuk kepentingan kakao kita bersama.
Saat ini tantangan nyata kedepan ada pada proses pemulihan ekonomi nasional. Semenjak merebaknya pandemi Covid-19, pemerintah berfokus pada pemenuhan kebutuhan pangan untuk masyarakat. Namun di tahun mendatang, fokus tersebut akan dilebarkan pada sektor perkebunan. Gagasan dan komitmen CSP sangat diperlukan untuk memberikan pokok-pokok pemikiran dan gagasannya guna membangun agenda-agenda penting yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani kakao rakyat.
Saat ini ada tiga agenda yang harus segera dilakukan intervensi bersama. Pertama, bagaimana upaya untuk bisa melakukan penanaman ulang dengan mempertimbangkan kebutuhan nasional dan ketersediaan stok bahan tanam. Harus ditentukan luasan dan di mana saja wilayah yang akan dilakukan penanaman ulang tanaman kakao. Upaya ini diyakini akan mampu memenuhi kebutuhan industri pengolahan dalam negeri. Saat ini memang patut diketahui bahwa kemampuan APBN hanya mampu menjangkau lahan kakao sekitar 5.000 hektar, sementara kebutuhan penanaman ulang tanaman kakao secara nasional adalah minimal 250.000 hektar. Anggaran pemerintah banyak terserap untuk penyediaan vaksin dan pengelolaan lainnya yang berhubungan dengan penanganan Covid-19. Masa penanaman ulang juga dapat dimanfaatkan petani dengan menanam tanaman sela yang bisa memberikan penghasilan hingga tanaman kakao mereka berproduksi. Misalnya saja dengan jagung atau pisang.
Kedua yakni agenda pemerataan akses petani kakao terhadap bahan tanam berupa benih yang berkualitas. Sumber-sumber benih harus diperbanyak di wilayah-wilayah pengembangan kakao secara nasional. Selain itu, mutu benih tersebut juga harus tetap diperhatikan dan persoalan tata kelola budi daya tanamam kakao. Hal ketiga yakni kegiatan pasca panen. Ketiga agenda harus dilakukan secara konsepsional dan komprehensif.
Kondisi APBN saat ini cukup terkontraksi dikarenakan penanganan pandemi secara nasional. Hal tersebut sangat berpengaruh bagi kelanjutan program pengembangan sektor pertanian. Begitupula kondisi petani denagn anggaran negara tentu saja tidak akan mampu memberikan kontribusi yang luas bagi semua masyarakat. Keberadaan pelaku industri semisal CSP dalam pengembangan kakao nasional diperlukan untuk kemudian melakukan intervensi dukungan pendanaan dari pihak industri dan alokasi kredit yang bisa diakses petani juga diharapkan dalam melakukan subsidi silang pendanaan kegiatan tersebut.
Dalam pelaksanaan Rapat Umum Anggota CSP ini, juga dilaksanakan peresmian dua inisiatif yang dikembangkan oleh anggota CSP. Pertama adalah penyediaan Asuransi Berbasis Indeks Kelembaban Tanah untuk Tanaman Kakao yang dikembangkan bersama oleh PT. Mars Incorporated bekerja sama dengan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia dan juga diawasi langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan OJK. Inisiatif kedua adalah aplikasi digital modul pelatihan budi daya tanaman kakao dengan menggunakan augmented reality dan virtual reality yang dilakukan oleh Olam Cocoa Indonesia. Kedua inisiatif ini dikerja samakan bersama dengan International Finance Coorporation. Peresmian dua inisiatif ini dilakukan oleh Deputi Bidang Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Perekonomian, bersama dengan Kepala Eksekutif Pengawas IKNB, Komisioner OJK.
Di kesempatan yang sama, CSP mengungkapkan fokus utama rencana tahunan forum kemitraan ini di tahun 2022 akan meletakkan perhatiannya pada penyediaan bahan tanam yang mendukung penanaman ulang tanaman kakao, penyediaan pupuk yang sesuai, penyediaan akses pembiayaan bagi petani, bagaimana sektor kakao Indonesia dalam mengantisipasi kebijakan Uni Eropa, penghidupan yang layak bagi petani, inisiasi keselarasan peta jalan pengembangan kakao berkelanjutan, dan juga upaya kampanye kepedulian tentang keberlanjutan. Tentunya kolaborasi sangat diperlukan guna menciptakan business case sektor kakao yang menguntungkan semua pihak, dan keterlibatan aktif dalam gugus tugas CSP yang telah dibentuk sebelumnya untuk menjawab semua tantangan yang ada.
Fokus lain CSP di tahun mendatang adalah penerapan pendekatan lanskap secara menyeluruh yang bisa memiliki daya ungkit peningkatan produktivitas kakao nasional. CSP Komitmen Tingkatkan Produktivitas Kakao Nasional