Akhir-akhir ini muncul tanaman primadona yang ramai dibicarakan dan mulai populer dikalangan petani. Tanaman itu adalah suatu tanaman umbi-umbian yang bernama porang. Sejauh ini tanaman porang telah menembus pasar ekspor dengan omzet yang menjanjikan. Porang sendiri belum begitu populer dikalangan petani. Jika ditinjau dari segi kuantitas, pembudidaya tanaman yang satu ini masih terbilang sedikit. Tiap tahunnya, kebutuhan ekspor tanaman ini mencapai 750 ton untuk Jepang dan China. Porang, Tanaman Yang Punya Nilai Ekspor Menjanjikan
Porang, tanaman yang bernama latin amorphophallus muelleri merupakan tanaman umbi-umbian. Tanaman porang mempunyai nilai strategis untuk dikembangkan karena selain masih sedikit yang membudidaya, potensi ekspor tanaman yang satu ini terbilang sangat menjanjikan.
Porang banyak diekspor untuk dijadikan bahan kosmetik, bahan pembuatan jelly, lem, bahan baku tepung dan beberapa lagi kegunaan porang yang masih sementara dikembangkan. Porang terutama umbinya banyak mengandung glucomannan. Dilansir dari laman resmi Kementerian Pertanian (Kementan), glucomannan adalah salah satu jenis serat alami yang larut dalam air biasa yang digunakan sebagai emulsifier atau pengental pada aditif makanan. Glucomannan juga bermanfaat bagi penderita obesitas, mengatasi diabetes dan berperan sebagai prebiotik. Porang juga banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan lem ramah linkungan atau jelly, serta juga digunakan sebagai bahan dalam komponen pembuatan pesawat terbang.
Dari sekian kegunaan yang begitu kompleks, porang menjelma menjadi primadona dan punya tempat tersendiri dikalangan pembudidaya. Tak sedikit juga yang membuka usaha dengan membudidayakan umbi porang ini. Hal tersebut disebabkan karena pembudidaya memang masih sangat kurang. Porang sendiri termasuk tanaman yang toleran dengan tingkat naungan hingga 60%. Porang dapat tumbuh pada ketinggan 0-700 mdpl. Porang dapat menyesuaikan semua jenis tanah. Porang juga efektif dibudidaya dikawasan hutan dengan disandingkan bersama tanaman tegakan lainnya. Adapun untuk perbanyakan, dapat diambil dari potongan umbi batang atau umbi yang telah memiliki bubil sehingga dapat ditanam secara langsung. Artinya porang dapat dibudidaya secara vegetatuf maupun generatif.
Untuk harga pasaran porang ditentukan oleh kanduga kualitas air. Porag dengan kadar air paling sedkit (kering) bernilai ekonomi tinggi (mahal). Harga porang kering bisa menembus angka Rp. 150 – 300 ribu per Kg, untuk yang basah sendiri dijual dikisaran Rp. 10 ribu perkilogramnya.
Persiapan lahan tanaman porang terbilang sederhana, karena tanaman ini bersahabat dengan lahan terbuka dan lahan yang banyak naungan. Hal ini mengapa kemudian dikatakan tanaman ini dapat juga hidup diantara tanaman hutan. Untuk waktu panen disesuaikan dengan teknik penanaman. Apabila dibibit, tanaman porang akan memiliki jangka waktu untuk dipanen lebih lama sekitar 2 – 3 tahun. Setelah panen pertama, bisa dipanen satu tahun berikutnya. Namun, apabila ditanam dengan menggunakan umbi, porang bisa dipanen lebih cepat sekitar 6 – 7 bulan. Porang, Tanaman Yang Punya Nilai Ekspor Menjanjikan
Referensi :
harapanrakyat.com (Foto)