Melirik Kondisi Rantai Pasok Pangan Ditengah Pandemi

Situasi yang berubah kian drastis dan begitu cepat, membuat kondisi arus barang dan rantai pasok pangan juga ikut merasakan perubahan yang signifikan. Meskipun pemerintah terus membuka ruang untuk menjaga stabilitas harga dan kebutuhan pokok, namun ditengah makin masifnya wabah pandemi corona, menciptakan kekhawatiran tersendiri dari struktur pasar, mulai dari tingkat produsen (petani) sampai ke tingkat konsumen. Kondisi Rantai Pasok Pangan Ditengah Pandemi

Tentunya hal yang terus menjadi prioritas kita semua adalah bagaimana memutus mata rantai penyebaran virus yang akrab dikenal dengan covid-19. Rantai pasok pangan sendiri menjadi hal yang paling dijaga agar tidak terdampak serius.

Mulai dari pelaku pasar hingga pengambil kebijakan tentunya telah melakukan upaya strategis untuk menjaga stabilitas tersebut. Secara umum semua stakeholder menyadari dan merasakan fenomena ini. Hal tersebut tentunya berdampak secara langsung terhadap aktivitas dilapangan. Sebagian besar pelaku dalam rantai pasok pangan tentunya mengubah pola atau cara kerja selama pandemi ini berlangsung. Disisi lain terjadi peningkatan permintaan produk pangan, utamanya produk pangan segar.

Terjadinya konstraksi positif terhadap permintaan ini bisa saja meningkat 100 % perhari. Sebagai dampak dari melonjaknya permintaan produk pangan segar maupun olahan seiring dengan pemberlakuan work from home mengubah pola transaksi secara otomatis. Hal tersebut terjadi secara langsung dikarenakan kebutuhan permintaan dan tingkat konsumsi dirumah meningkat. Pertambahan volume permintaan tersebut membuat transaksi online menjadi opsi paling baik bagi sebagian besar masyarakat ditengah pandemi.

Semua orang menerapkan WfH tentunya memilih untuk bertahan dirumah dan menyiapkan semua kebutuhan dengan berbagai opsi, yakni memborong bahan pangan sebanyak-banyaknya (panic buying) atau memilih menggunakan jasa pemesanan online untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Related Article  Penyaluran Bantuan Pangan Beras Telah Rampung

Sektor rumah tangga sendiri merupakan sektor yang merasakan dampak dari berubahnya pola transaksi secara drastis dan masif ini. Disisi lain, ada juga sektor dimana terjadi penurunan permintaan secara signifikan, sebut saja hotel, katering, restauran.

Penurunan permintaan pada sektor tersebut juga menyebabkan perubahan jalur pasokan bahan pangan. Konsumsi di tempat menurun volumenya. Pembelian untuk dibawa dan diantar tetap berjalan. Pola pembelian tersebut didukung oleh tersedianya layanan hantaran makanan yang dilakukan ojek on-line. Kondisi Rantai Pasok Pangan Ditengah Pandemi

Pasokan untuk jalur ritel dan bisnis online produk segar dan olahan menunjukkan pemintaan yang cenderung meningkat dan tidak menunjukkan kekurangan pasokan. Bahkan sebagian pelakunya meningkatkan persediaan (sekitar 30 %) untuk antisipasi kenaikan permintaan. Pada saat terjadinya wabah pandemi ini, tidak hanya pola transaksi yang berubah, namun juga pola komsumsi bahan pangan.

Mulai ada kecenderungan dan permintaan untuk memastikan standar kualitas dan penerapan protokol keamanan pangan dan keamanan biologis dalam penanganan produk, baik di hulu maupun di hilir yang dilakukan oleh pelaku utama rantai pasok pangan. Kepedulian masyarakat terhadap higienitas bahan pangan memang tinggi pada saat ini, hal ini membuat pemasok juga harus selalu memastikan kualitas dan kondisi bahan pangan yang disediakan.

Kondisi tersebut membuat semua pihak yang terlibat tentunya harus proaktif dalam menjaga rantai pasok pangan tetap berjalan.
Perlu kiranya transformasi model bisnis pangan menjadi lebih inovatif dan lincah agar bisa beradaptasi dengan situasi bencana Covid-19, seperti memperkuat layanan take away and delivery.

Saat ini terjadi penurunan mobilitas masyarakat yang berdampak atas angkutan penumpang OJOL sehingga kapasitas OJOL banyak yang tidak terpakai. Kondisi tersebut menjadi peluang bagi pemanfaatan kapasitas OJOL untuk layanan hantaran pangan dari pelaku pasar ke konsumen.

Related Article  Kementan Dorong Kemitraan Industri Tingkatkan Kesejahteraan Petani Sawit

Untuk itu, diperlukan kolaborasi antar pelaku usaha pangan dan OJOL untuk layanan hantaran pangan ke konsumen. Meningkatkan peran asosiasi pelaku pangan (hulu-hilir) untuk melakukan sinergi antar asosiasi serta melakukan koordinasi dengan pemerintah pada penanganan rantai pasok pangan dalam kondisi bencana Covid-19.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *