Isu krisis pangan menjadi bahasan penting yang tak luput dari mata pemangku kebijakan, sektor privat, media, akademisi, dan pemimpin masyarakat sipil bertemu untuk membuka jalan bagi pemimpin Negara G20 dalam rangkaian penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengingatkan para pemimpin di rapat G20 Sesi I dengan tema Kondisi Ekonomi Global, Ketahanan Pangan, dan Energi bahwa krisis pangan dan energi menjadi ancaman besar ketika pandemi Covid-19 belum usai sehingga pemimpin G20 didorongnya harus memberi sorotan dan mengatasi masalah itu.
Untuk diketahui, Atlantic Council Global Food Security Forum bersama dengan Gaurav & Sharon Srivastava Family Foundation melakukan pertemuan tingkat tinggi dan presentasi dari para pemimpin mengenai kegentingan isu keamanan pangan, membuahkan progres dari isu tersebut di saat para pemimpin dunia berkumpul di Bali untuk forum G20. Penghambatan pasokan gandum oleh Rusia memberikan tekanan yang lebih besar pada masalah sistem pangan global yang selama ini terjadi di masa pandemi, dan mempercepat perubahan iklim
Para pemimpin negara-negara G20 di bawah Presidensi Indonesia berhasil mencapai kesepakatan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Bali. Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Jokowi mengungkapkan bahwa selama setahun Presidensi Indonesia, berbagai pertemuan dilangsungkan namun tidak pernah mencapai titik temu. Bahkan tidak sedikit yang meragukan pertemuan kali ini bisa membuahkan hasil.
Dalam kesepakatan itu, ada beberapa poin yang berhasil disetujui. Salah satunya adalah terkait keamanan pangan dunia di negara-negara dengan ekonomi menengah ke bawah yang terancam di tengah gejolak perang Rusia-Ukraina.
Para peserta G20 berkomitmen untuk mengatasi kerawanan pangan dengan memastikan aksesibilitas, keterjangkauan, dan keberlanjutan pangan dan produk pangan bagi mereka yang membutuhkan, terutama di negara berkembang dan negara kurang berkembang.
Peserta menegaskan kembali dukungan kami untuk perdagangan pertanian berbasis aturan yang terbuka, transparan, inklusif, dapat diprediksi, dan non-diskriminatif berdasarkan aturan WTO. Mengingat posisi Ukraina dan Rusia yang penting dalam rantai pasok pangan dunia, para pemimpin 20 ekonomi besar dunia sepakat bahwa kesepakatan ekspor biji-bijian di Laut Hitam serta kesepakatan terkait pupuk dari kedua negara yang dimediasi Turki dan PBB perlu dilanjutkan.
Sebelumnya, kondisi pangan dunia terancam akibat sulitnya ekspor bahan pangan dari Rusia dan Ukraina. Kedua negara diketahui telah menjadi pemain penting dalam ketersediaan pangan global, khususnya gandum dan jagung. Salah satu wilayah yang terdampak dengan kesulitan pangan ini adalah Timur Tengah dan Afrika. Area itu cukup banyak mengekspor bahan pangan dari Ukraina.