Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menghadiri sidang The Committee on Fisheries (COFI) ke-35 di Roma, Italia, Senin (5/9). Dalam sidang ini, Menteri Kelautan dan Perikanan menyampaikan komitmen Pemerintah Indonesia dalam mengelola kelautan dan perikanan secara berkelanjutan sesuai prinsip Ekonomi Biru. Menteri Kelautan dan Perikanan mengatakan implementasi program-program Ekonomi Biru pada sektor kelautan dan perikanan Indonesia dapat berkontribusi pada pemenuhan pangan global. Dalam hal ini, Badan Pangan Dunia (FAO) memprediksi kebutuhan protein global akan meningkat hingga 70% pada tahun 2050.
Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kekayaan keanekaragaman hayati laut yang berlimpah meyakini dapat memberikan sumbangsih yang cukup besar untuk memenuhi protein dunia. Indonesia terus bekerja untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil dapat menyeimbangkan keperluan dan kesejahteraan masyarakat sembari mampu menyediakan lingkungan laut yang sehat.
Pemerintah Indonesia melalui KKP telah menetapkan lima strategi Ekonomi Biru untuk memaksimalkan potensi sumber daya laut. Pertama, program perluasan kawasan konservasi terbatas dengan target 30% dari seluruh perairan untuk menjaga serapan karbon dan memproduksi oksigen, serta sebagai zona spawning dan nursery ground. Kedua, pemerintah telah membuat kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota untuk menjaga populasi perikanan dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Ketiga, program pengembangan budidaya perikanan untuk mendorong nelayan-nelayan di zona penangkapan terukur agar dapat beralih pada kegiatan budidaya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Keempat, program yang menjamin wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terjaga dengan baik sehingga tidak terjadi kerusakan akibat aktivitas ekonomi. Dan terakhir, program ekonomi sampah yang melibatkan nelayan lokal dan industri dengan cara tidak mengambil ikan tetapi mengambil sampah di laut dalam kurun waktu tertentu.
Sementara itu, Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Doni Ismanto menambahkan selain menyampaikan General Statement di Sidang Committee on Fisheries ke-35, Trenggono juga akan berpidato di High Level Special Event of The International Year of Artisanal Fisheries and Aquaculture (IYAFA).
Dijelaskannya, saat membuka sidang, Dirjen FAO Qu Dongyu pun sempat membahas kondisi sektor perikanan Indonesia yang menunjukkan kemajuan. Perhatian yang tinggi dari FAO menjadikan agenda Menteri Trenggono di Roma sangat strategis bagi perkembangan sektor kelautan dan perikanan Indonesia, karena di kesempatan itu delegasi Indonesia memperkenalkan langkah-langkah terobosan KKP dalam pelaksanaan program pembangunan kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Sidang COFI ke-35 akan dijadikan kesempatan sinergi dukungan FAO dalam program ekonomi biru KKP.
Sebagai informasi, COFI atau Komite Perikanan didirikan Konferensi FAO pada 1965. Komite ini merupakan satu-satunya forum antar-pemerintah global, yakni Anggota FAO bertemu untuk meninjau dan mempertimbangkan masalah dan tantangan terkait dengan perikanan dan akuakultur.