Pernahkah anda mendengar udang putih dan udang jerbung? Mungkin terasa asing ditelinga khalayak, namun siapa sangka jenis udang jerbung itu merupakan salah satu udang asli Indonesia. Udang jerbung merupakan udang endemik yang hanya ditemukan diperairan Indonesia. Hal tersebutlah yang kemudian menjadikan udang jenis ini layak dijadikan primadona dinegeri sendiri. Udang Merguiensis Muncul, Akankah Vaname Tergantikan?
Udang jerbung memiliki nama asli (Penaeus merguiensis) atau dipasar internasional dikenal dengan istilah banana shrimp. Kebanyakan orang menyebutnya pula dengan sebutan udang merguiensis. Pengembangan udang merguiensis terus digenjot oleh pemerintah. Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memaparkan udang merguiensis kini disiapkan menjadi komoditas andalan Indonesia dipasar ekspor. Udang merguiensis sendiri memang masih tergolong baru, dan belum terlalu dikenal dipasaran, namun potensi yang dimiliki udang merguiensis utamanya dalam hal daya tahan terhadap penyakit diyakini lebih baik dibanding udang vaname dan udang windu. Selain itu, udang merguiensis merupakan spesies asli yang hanya dapat ditemukan di Indonesia.
Saat ini riset dan pengembangan udang merguiensis terus digenjot dalam 2 tahun terakhir dan diperkirakan butuh waktu setahun lagi untuk menentukan rekayasa wadah terbaik untuk adaptasi udang merguiensis. Sejak 2018, Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah terus melakukan penelitian terhadap udang ini. Selama 2 tahun pengembangan yang dilakukan, udang Marguiensis diketahui lebih tahan dari serangan penyakit dibanding udang vaname. Meski belum diperkenalkan sepenuhnya kepada para pembudidaya, udang Marguiensis dipastikan dapat mewarnai bisnis udang nasional dimasa yang akan datang. Saat ini BBPBAP Jepara sebagai Unit Pelaksana Teknis(UPT) terus melakukan inovasi. Baru-baru ini BBPABAB Jepara baru saja menuntaskan proses domestikasi udang putih jenis (Penaeus merguensis) dan (Penaeus indicus).
Status udang jerbung sebagai spesies asli membuat spesies ini dapat digenjot performa keseragamannya dari awal. Apalagi bibit atau sumber daya genetik yang dibutuhkan didapatkan semua dari alam Indonesia. Pengembangan saat ini juga dilakukan multilokasi di Gresik, Pemalang, Brebes dan Demak untuk menentukan wadah adaptasi terbaik untuk udang mergueinsis.
BBPBAP Jepara saat ini juga ditunjang sarana National Shrimp Broodstock Center (NSBC) untuk memaksimalkan produksi benih dan induk kualitas terbaik. Pengembangan udang jerbung dan udang putih sendiri diharapkan dapat menciptakan spesies yang adaptif dan tahan terhadap iklim. Untuk diketahui, dari hasil penelitian yang ada, menunjukkan bahwa ketersediaan induk terbilang tinggi, siklus reproduksi lebih singkat, toleransi salinitas yang cukup lebar, dan teknologi benih yang sudah dapat dituntaskan. Saat ini pengembangan difokuskan pada rekayasa wadah. Rekayasa wadah cukup penting karena udang jerbung termasuk udang dengan karakter yang sangat aktif dibanding udang pada umumnya. Udang jerbung juga cenderung punya karakter atau naluri untuk kembali kealam atau habitat aslinya. Oleh karena itu, kolam budidaya harus dipastikan tidak bocor.
Jika semua telah rampung, maka akan segera diadakan produksi massal untuk udang jerbung dan udang putih. Untuk masalah pakan, kadar protein yang butuhkan udang jerbung terbilang rendah, dapat dibantu detritus yang banyak. Hal tersebut bisa menciptakan efisiensi yang sangat signifikan.
Untuk diketahui saat ini tingkat ketergantungan terhadap udang vaname (Litopenaeus vannamei) sangatlah tinggi. Udang vaname masih jadi komoditas andalan ekspor saat ini. Keberadaan udang putih jenis (Penaeus merguensis) dan (Penaeus indicus) dipastikan dapat menjadi harapan baru untuk menjadi substitusi ekspor udang vaname. Meski akan jadi primadona, keberadaan (Penaeus merguensis) dan (Penaeus indicus) tidak akan menggantikan sepenuhnya vaname dipasar ekspor. Udang Merguiensis Muncul, Akankah Vaname Tergantikan?