Inovasi Pangan Alternatif Bisa Pacu Tingkat Konsumsi Ikan

Baru-baru ini Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan Dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan Dan Perikanan (KKP) merilis keterangan persnya terkait potensi yang dimiliki Indonesia disektor kelautan dan perikanan khususnya potensi untuk menjadikannya pangan alternatif. Saat ini Kementerian Kelautan Dan Perikanan (KKP) terus fokus untuk mendorong terciptanya komoditi ekspor untuk dijadikan pangan alternatif. Inovasi Pangan Alternatif Bisa Pacu Tingkat Konsumsi Ikan

Untuk memaksimalkan upaya tersebut KKP melalui PDSPKP mengupayakan partisipasi masyarakat seluas-luasnya untuk turut serta berinovasi dalam pengermbangan pangan alternatif. Hal tersebut secara otomatis dapat membuka lapangan kerja baru dan sumber ekonomi yang menjanjikan bagi masyarakat. Inovasi sendiri dibutuhkan agar terwujud diversifikasi produk secara besar-besaran dengan memanfaatkan hasil laut yang ada.

Selain hal tersebut, secara otomatis upaya pengembangan tersebut juga dapat mendorong terwujudnya ketahanan pangan. Perlu diketahui pula, bahkan saat ini, utamanya saat pandemi covid-19 melanda permintaan akan pangan alternatif juga mengalami peningkatan yang cukup drastis. Hal tersebut yang kemudian menjadikan sektor tersebut punya omzet yang menjanjikan utamanya untuk pengembangan disektor UMKM.

Salah satu hal yang mendorong mengapa pangan alternatif disektor kelautan dan perikanan digenjot untuk dikembangkan karena tingkat konsumsi ikan perkapita masih terbilang rendah. Pemerintah sendiri menargetkan tingkat konsumsi ikan per kapita tahun 2020 sebanyak 56,39 kg/kapita. Dalam laporan PDSPKP tingkat konsumsi tersebut akan linear dengam rencana penyerapan hasil tangkapan untuk sektor perikanan tangkap sebanyak 7,6 juta ton, dan dari sektor budidaya sebanyak hasil perikanan sebanyak 4,5 juta ton.

Tingkat konsumsi ikan sendiri sudah digalakkan oleh KKP melalui program Gemarikan sejak tahun 2004. Hal tersebut dikarenakan dari data yang ada yang dirilis Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)  tahun 2018 lalu menunjukkan bahwa masih ada 8 persen masyarakat Indonesia yang hidup dalam taraf kekurangan gizi. Tentunya ada harapan agar masyarakat Indonesia terbiasa mengomsumsi ikan dan juga pangan alternatif yang dihasilkan dari sektor yang sama.

Related Article  Perspektif Nelayan & Tenaga Medis Indonesia Sambut New Normal

Saat ini ada banyak sekali inovasi dalam pengolahan pangan alternatif disektor kelautan & perikanan. Misalnya saja pembuatan kerupuk dengan bahan baku kepiting rajungan, pengembangan diversifikasi rumput laut menjadi selai lembaran dan mie, serta beragam bentuk inovasi yang memaksimalkan ikan laut sebagai bahan baku utama. Inovasi Pangan Alternatif Bisa Pacu Tingkat Konsumsi Ikan

Referensi :

ClaudioStocco (Foto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *