Dunia pertanian Indonesia masih terus memprihatinkan, reforma agraria untuk mewujudkan kesejahteraan petani masih belum terwujud. Laju perkembangan pertanian Indonesia tergolong lamban dibanding negara lain, berbagai program pertanian dari pemerintah masih belum cukup meningkatkan kesejahteraan petani. Penyebab Kesenjangan Petani Indonesia
Salah satu penyebabnya adalah ketidaksesuaian rancangan program dari pusat untuk diterapkan diseluruh wilayah Indonesia sebab setiap daerah memiliki geografis berbeda, budaya berbeda dan SDM yang berbeda. Penyerapan petani terhadap konsep pertanian yang ideal dari akademisi pun lemah ditambah pertambahan jumlah penduduk yang terus menjadi persoalan untuk petani terus meningkat menimbulkan kesenjangan bagi petani Indonesia.
Kesenjangan petani Indonesia terjadi disebabkan oleh beberapa faktor penting, diantaranya: lahan yang sempit dan konflik kepemilikan lahan, kemampuan SDM usaha tani dalam mengelola lahan, lokasi lahan yang jauh serta pasar dengan ketidakpastian harga ditingkat petani.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) RI mencatat luas lahan pertanian Indonesia tahun 2018 sebesar 7,1 juta ha mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 sebesar 7,75 juta ha. Dari data luas lahan tersebut, rata-rata luas lahan per usaha tani hanya sebesar 0,5 ha tergolong petani gurem yang jumlahnya 55% dari luas kepemilikan lahan lainnya.
Luas lahan sempit per kapita membuat pengusaha tani berpikir dua kali untuk memfokuskan pendapatannya dibidang pertanian. Keterbatasan akses dan metodologi dalam mengolah lahan dengan ideal menimbulkan kesenjangan petani sebab hasil yang kurang untuk kebutuhan keluarga, hal ini juga membuat banyaknya petani yang mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhannya hingga menjadikan usaha taninya sebagai pekerjaan sampingan karena memiliki hasil yang minim. Hal ini pula menyebabkan banyak petani yang memiliki lahan sempit mengambil keputusan untuk menjual lahannya atau memiliki menjadi petani penyakap atau menggarap lahan orang lain dengan sistem bagi hasil. Penyebab Kesenjangan Petani Indonesia
Kontribusi dunia pertanian dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang besar, hal tersebut sejalan dengan banyaknya serapan tenaga kerja di bidang pertanian. BPS mencatat, pada tahun 2019 dominasi pekerjaan masyarakat Indonesia paling besar dibidang pertanian 27,33% atau 50 juta jiwa lebih di banding sektor perdagangan 18,81% dan industri pengolahan sebesar 14,96%.
Angka yang besar diatas seharusnya membawa kesejahteraan petani melihat antusiasme masyarakat Indonesia untuk bergelut dibidang pertanian, namun justru hal tersebut menimbulkan kesenjangan sebab angka kemiskinan disektor pertanian paling tinggi dibanding sektor pekerjaan lainnya. Sebesar 26,14 juta jiwa tahun 2013 yang mingkat ditahun 2019 sebesar 49,41% rumah tangga miskin menggantungkan hidupnya di sektor pertanian yang banyak terdapat di pedesaan.
Tingginya kemiskinan dibidang pertanian terjadi karena jumlah pemasukan yang rendah untuk petani atau keuntungan yang minim membuat nilai tukar petani (NTP) pun menurun. Kesejahteraan petani dilihat dari NTP pengusaha tani yang dihitung dengan melihat rasio jumlah pemasukan dengan jumlah pengeluaran petani untuk memenuhi kebutuhannya.
Semakin tinggi pengeluaran petani otomatis semakin tinggi pemasukan yang artinya petani sejahtera. Sebaiknya semakin rendah pengeluaran petani otomatis pemasukan sedikit yang artinya kurang sejahtera. Kesejahteraan petani mudah diidentifikasi ketika melihat gaya hidup orang pedesaan yang serba pas-pasan dimana pedesaan didominasi oleh petani. Kesenjangan tersebut terjadi karena kurang menguntungkannya usaha tani yang di lakukan.
Pengelolaan lahan yang kurang ideal adalah salah satu penyebab kurangnya pendapatan petani. Hal ini terjadi karena kurangnya kemampuan SDM dalam mengelola lahan. Jumlah akademisi pertanian Indonesia sangatlah banyak namun perlu singkronisasi pengetahuan oleh pengusaha tani akan tetapi ini sulit terlaksana melihat rendahnya pendidikan disektor pertanian.
Kemampuan mengolah lahan berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan dibidang pertanian agas penerapan teknologi yang semakin canggih dan metodologi budidaya yang semakin canggih bisa dengan mudah diterapkan oleh petani Indonesia. Melihat kondisi saat ini didunia pertanian Indonesia, peran akademisi sangat dibutuhkan oleh para petani untuk melakukan pendampingan. Hal tersebut sudah dilakukan namun kurang merata dan kurang intensif diseluruh wilayah Indonesia, hal ini membuat adanya beberapa daerah terbelakang dalam pengelolaan lahan taninya.
Lemahnya kemampuan mengelola lahan membuat produktivitas lahan menurun dan petani pun mengalami penurunan produksi ditambah dengan lahan yang sempit. Kurangnya hasil panen yang didapatkan menimbulkan rasa acuh para petani dalam mengelola lahan yang berpotensi meninggalkan atau menjual lahannya. Maka dari itu perlunya pendamping bagi para petani Indonesia dan pentingnya pendidikan bagi petani untuk mengatasi kesenjangan yang mereka alami saat ini.
Selain faktor kurang kemampuan dalam mengoptimalkan lahan, faktor pasar menjadi salah satu penyebab utama terhadap kesenjangan yang dialami petani saat ini. Saat ini petani masih sangat terbatas untuk mengakses pasar, hal ini terjadi karena mayoritas petani memiliki jarak lahan yang jauh dari lokasi pemukiman. Jarak yang jauh tentunya membuat harga menurun, selain itu kepastian harga ditingkat petani kurang stabil. Naik turunnya harga seringkali terjadi ditingkat petani namun rentan waktu penurunan harga lebih lama dibanding kenormalan harga.
Pengenalan akses pasar untuk petani menjadi perlu dilakukan oleh pemerintah dengan harga yang stabil untuk mengurangi kesenjangan petani. Teknologi pasar atau binis star up untuk pertanian perlu bagi petani, e-commerce berhasil digital market sangat dibutuhkan petani untuk menghubungkan langsung petani kepada pasar atau kepada konsumen dan hal ini bisa membuat rantai harga dipotong yang selama ini kerap merugikan petani. Penyebab Kesenjangan Petani Indonesia
Tersedianya pasar yang baik dengan harga yang stabil serta peningkatan kemampuan mengolah lahan akan memberantas kesenjangan dan menunjang kesejahteraan petani Indonesia. Hal tersebut juga akan menekan jumlah petani yang menjual lahannya karena meningkatnya produktivitas lahan yang digarap meski dengan lahan yang sempit. Semua itu butuh kolaborasi pemerintah dengan akademisi dalam memajukan pertanian serta menjadi prioritas pembangunan dunia pertanian dimana hal ini juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat desa.
Penulis : Yusran