Kementerian Pertanian (Kementan) sudah menyiapkan kebijakan dan strategi mitigasi kekeringan tahun 2020. Untuk mengantisipasi dampak kekeringan pada musim kemarau saat ini, melalui Kementan mendukung petani membuat sumur bor dan bantuan mesin pompa air untuk pompanisasi dan pipanisasi untuk memenuhi kebutuhan air di lahan pertanian tentunya. Waspadai Kekeringan Berikut Langkah Kementerian Pertanian
Adapun 4 upaya yang akan dilakukan dalam rangka mengatasi dampak kekeringan dengan harapan bisa menanggulangi dampak kronis dari bahaya kekeringan. Waspadai Kekeringan Berikut Langkah Kementerian Pertanian
Pertama adalah pompanisasi dan pipanisasi. Bantuan tersebut digunakan untuk menarik air dari sumber-sumber yang ada, baik dari sungai maupun mata air. Petani serta Dinas Pertanian setempat juga harus bersinergi mengantisipasi kekeringan ini dengan adanya upaya pengawalan gilir giring irigasi, penanganan illegal pumping dan sosialisasi dalam mematuhi jadwal tanam. Sejumlah daerah yang terancam kekeringan tentunya akan diupakan menerapkan sistem pompanisasi agar kondisi yang ada bisa dikontrol dengan baik. Hal tersebut pun tentunya akan menyelamatkan lahan sawah yang terancam gagal panen. Tentunya kesigapan pemerintah daerah dibutuhkan untuk program ini agar segara bisa dilakukan penyediaan alat tentunya.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, strategi ini terbukti berdampak besar pada peningkatan produksi pangan. Contoh paling nyata dukungan Kementan untuk petani saat ini adalah pembangunan sumur bor dan mesin pompa air untuk petani, sebagai strategi pompanisasi dan pipanisasi. Ini berdampak langsung pada peningkatan produksi, dari tanam satu kali menjadi tiga kali tanam setahun meskipun di tengah ancaman kekeringan.
Penerapan strategi pompanisasi dan pipanisasi yang diterapkan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) sebagai langkah mitigasi kekeringan sudah efektif. Sehingga petani tetap bisa bercocok tanam meskipun terancam kekeringan. Pompanisasi dan pipanisasi sangat efektif untuk meningkatkan intensitas penanaman menjadi tiga kali lipat, hal ini juga tentunya bisa meminimalkan penggunaan anggaran.
Yang Kedua, Kementan juga bisa menyediakan pembangunan embung atau long storage. Program ini untuk kelompok tani guna menampung air di musim hujan (bank air) kemudian dialirkan ke sawah bila dibutuhkan. Keberadaan embung akan membantu ketersediaan air untuk kemudian bisa dialirkan pada musim kemarau tiba.
Ketiga, membangun sumur dangkal (sumur bor) di lahan-lahan yang mengalami kekeringan. Sumur bor sendiri bisa menjamin pasokan air bila terjadi kekeringan, tidak hanya untuk mengaliri lahan pertanian namun juga bisa menjamin ketersediaan air bersih pada saat puncak kekeringan tiba.
Keempat, petani diimbau untuk ikut program asuransi Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Dengan asuransi ini, jika ada lahan padinya mengalami kekeringan hingga 70% akan dapat ganti rugi sebesar Rp 6 juta per ha per musim. Hal ini bertujuan agar rasa kekhawatiran petani bisa berkurang dan tidak lagi was-was akan gagal panen.
Mentan SYL sendiri menegaskan, keberlanjutan produk pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor. Antara lain iklim, sumberdaya, teknologi, pemasaran, dan manusia sebagai pelaku usaha. Kementan ´mendapat tugas´ untuk menjaga keharmonisan semua faktor, yang berpengaruh terhadap produk pertanian, mengingat salah satu misinya adalah ketahanan pangan dan keberlanjutan pangan nasional.
Mengatasi musim kemarau yang biasanya mengalami puncaknya pada Agustus dan September 2020, Kementan melakukan langkah antisipatif untuk tetap menjaga produksi padi nasional. Selain mendorong penggunaan bibit padi yang cocok untuk lahan kering, Kementan juga menyiapkan pompanisasi dan pipanisasi di sejumlah daerah yang rawan kekeringan. Kementan akan berupaya sekuat tenaga melalui Dirjen PSP untuk menjamin ketersediaan infrastruktur bagi daerah terdampak kekeringan tentunya.