Mitigasi Dan Arahan Pengelolaan Air Asam Tambang

Kegiatan penambangan terbuka (open pit mining) merupakan kegiatan yang mengubah bentuk rona awal lahan dan berpotensi menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan seperti gangguan tanah, air dan polusi udara. Mitigasi Arahan Pengelolaan Air Asam Tambang

Air asam tambang atau acid mine drainage adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebutkan air lindian (leachate), rembesan (seepage) atau aliran (drainage). Air ini terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral belerang) yang terkandung dalam batuan yang terpapar selama penambangan. Proses ini menghasilkan air yang mempunyai pH rendah yang berpotensi melarutkan logam-logam berat dari batuan yang dilaluinya. Jika air asam tambang telah terbentuk, prosesnya akan sulit untuk dihentikan, karena merupakan suatu proses yang berkelanjutan sampai salah satu reaktannya habis.

Perlu diketahui, air asam sebenarnya tidak saja terbentuk akibat kegiatan penambangan saja. Bahkan, setiap kegiatan yang berpotensi menyebabkan terbuka dan teroksidasinya mineral sulfida, akan menyebabkan terbentuknya air asam. Beberapa kegiatan seperti pertanian, pembuatan jalan dan drainase, dan pengolahan tanah lainnya pada areal yang mengandung mineral belerang, tentu akan menghasilkan air asam. Karakteristiknya pun sama dengan air asam tambang. Mitigasi Arahan Pengelolaan Air Asam Tambang

Setelah kegiatan penambangan berakhir, perusahaan harus mereklamasi lahan yang telah ditambang. Sebagian area reklamasi terkadang masih terdapat void (lubang tambang yang terisi air) akibat perencanaan pasca tambang yang kurang baik. Hal ini berpotensi terdampak air asam tambang. Oleh sebab itu perusahaan harus memantau kondisi air dalam void dan mengalirkan airnya ke perairan bebas sesuai batas baku mutu lingkungan.


Air asam tambang (AAT) adalah salah satu dampak lingkungan yang terjadi akibat reaksi senyawa sulfat dan ion besi pada batuan yang berpotensi mengandung asam (Potential Acid Forming/PAF). Ketika ion besi teroksidasi dan menghasilkan oksida besi terhidrasi, keasaman pada lingkungan sekitarnya meningkat (Segupta 1993). AAT akan selalu terjadi selama batuan sisa pertambangan (overburden) tersingkap dan teroksidasi oleh air dan mengalir ke saluran drainase, sungai, rawa, danau dan air tanah. Hal ini akan berdampak matinya organisme perairan dan meracuni tanah akibat pH air yang rendah dan konsentrasi logam berat yang tinggi serta elemen beracun lainnya.

Related Article  KKP Akan Terapkan Zero Waste Produk Olahan Perikanan


Penelitian ini menjelaskan penerapan teknik penginderaan jarak jauh yang dapat digunakan oleh praktisi pertambangan untuk pengelolaan lahan yang terkena dampak AAT dalam pengambilan keputusan terkait dengan kegiatan mitigasi AAT. Wilayah pengelolaan AAT pada lahan pasca tambang ditentukan dari batasan catchment area. Sumber air asam tambang dapat dimitigasi menggunakan foto udara dan data penginderaan jauh lainnya. Dalam perencanaan pengelolaan AAT dengan hutan rawa buatan di lahan pasca tambang di wilayah penelitian direkomendasikan menanam jenis tanaman yang tahan di air asam dan hyperaccumulatorseperti Typha latifolia, Salvinia sp., Fimbristylis globulosa, Chrysopogon zizanioides, Melaleuca leucadendra, Melaleuca cajuputi, Nauclea subdita dan Nauclea orientalis L. Lokasi yang sesuai untuk hutan rawa harus memperhatikan elevasi (T), kemiringan lahan (S), penutupan lahan (L), cathment area (C), jarak dari saluran/kanal (K) dan jarak dari kolam monitoring (P) yang dapat ditentukan dengan persamaan model X = 0.2T + 0.2S + 0.1L + 0.15C + 0.3K + 0.05P.

Desain hutan rawa disusun parallel yang terdiri dari kolam sedimen, dan kolam lainnya dengan substrat dasar dari tandan kosong dan kompos dan dialiri air sedalam 30 cm. Kolam sedimen berfungsi agar dapat mengurangi pendangkalan di hutan rawa dan memudahkan perawatan.

Referensi :

– Journal of Natural Resources and Environmental Management 9(3): 566-576. http://dx.doi.org/10.29244/jpsl.9.3.566-576 E-ISSN: 2460-5824
– http://journal.ipb.ac.id/index.php/jpsl – Sumber gambar: patrarijaya.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *