Ancaman Krisis Pangan Hingga Upaya Pemerintah Menanti Ditengah Pandemi

Kebutuhan pangan dunia kini tersendat akibat tekanan situasi beberapa bulan terakhir, strategi untuk menjaga stok pangan disetiap negara sedang marak diperbincangkan setelah FAO memberi peringatan akan ancaman krisis pangan ditengah pandemi covid-19. Ketegangan situasi oleh penyebaran Corona Virus ini terus berlanjut hingga kini, meski negara asal dari virus ini yakni Tiongkok sudah menunjukkan kondisi normal namun sebagian besar negara didunia masih bergelut melawan virus tersebut. Ancaman Krisis Pangan Menanti Ditengah Pandemi

Kebijakan lockdown atau karantina yang terapkan oleh negara-negara yang terjangkit wabah ini membuatnya harus menutup diri, sebab sifat penyebaran dari virus ini melalui interaksi maka pembatasan menjadi langkah utama untuk memutus rantai penyebaran dari virus tersebut.


Pembatasan yang dilakukan bukan hanya ditujukan kepada manusia melainkan beberapa sistem pengelolaan pemerintahan juga terkena imbasnya termasuk proses perdagangan dunia yang dimana hal ini membuat beberapa negara merasa terancam utamanya dari segi stok pangan karena lalu lintas ekspor impor jadi terhambat sedangkan banyak negara didunia saling bergantung soal pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi disetiap negaranya.

Dilansir dari bbc.com, David Beasley, kepala Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP), mengatakan perlu tindakan mendesak untuk menghindari bencana kelaparan akibat pandemi Covid-19 serta akan meningkatkan jumlah kelaparan dari 135 juta jiwa menjadi 250 juta jiwa. Adapun beberapa negara dunia sangat beresiko krisis pangan yakni negara yang berada di zona konflik, krisis ekonomi dan perubahan iklim diantaranya Yaman, Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, Venezuela, Ethiopia, Sudan Selatan, Sudan, Suriah, Nigeria, dan Haiti (Laporan global keempat tahunan tentang krisis makanan).


Indonesia yang juga termasuk negara terjangkit dari wabah ini tentunya menanggapi peringatan dari FAO dan PBB. Dilain hal kita ketahui bahwa Indonesia termasuk negara produsen kebutuhan pokok yang besar seperti pada, jagung dan sebagainya sehingga kemungkinan untuk mengalami krisis pangan tergolong cukup aman jika pengaturan stok pangan internal terkendali dengan baik. Data dari kementerian pertanian mengatakan bahwa stok pangan Indonesia masih ditengah pandemi covid-19 sampai bulan Agustus mendatang. Menurut Kementan stok beras Indonesia sampai saat ini dari cadangan surplus sekitar 3,5 juta ton, perkiraan hasil panen sawah dibulan Februari-Mei sekitar 12,4 juta ton ditambah Badan Urusan Logistik (Bulog) total keseluruhan sekitar 15 juta ton. Kebutuhan konsumsi beras nasional Februari-Mei sekitar 7,6 juta ton makan masih ada sisa 7 juta ton untuk sampai sekitar bulan Agustus.

Related Article  Kementan Antisipasi Inflasi Bawang & Cabai Akhir Tahun


Beberapa waktu lalu Joko Widodo Presiden RI menyampaikan ada berapa provinsi yang defisit stok pangan sekitar 7 provinsi maka proses distribusi menjadi solusi sebab dibeberapa provinsi lain mengalami surplus padi dan sayuran. Tentu dengan adanya karantina menjadi kendala dari proses distribusi namun dengan sentuhan kebijakan dari pemerintah maka pemunuhan kebutuhan masyarakat Indonesia dapat teratasi. Namun dalam menanggapi FAO dan PBB presiden RI dalam menanggapi ancaman krisis pangan ditengah pandemi berencana membuka lahan sawah di lahan basah dan lahan gambut di Kalimantan Tengah. Dalam hal ini BUMN dan kementerian pertanian akan mengelola 3000 ha yang diperuntukkan untuk persawahan dalam menjaga stabilitas stok pangan Indonesia. Ancaman Krisis Pangan Menanti Ditengah Pandemi


Pembukaan lahan yang akan dilakukan pemerintah menuai banyak tanggapan dari masyarakat dan menjadi perbincangan hangat dikalangan para pakar. Sebab langkah tersebut dinilai perlu ditinjau kembali melihat beberapa analisa dan dampak yang akan ditimbulkan seperti dampak lingkungan. Melihat lahan yang dibuka adalah lahan gambut tentunya perlu kajian terlebih dahulu dari berbagai aspek karena karakteristik dari lahan gambut berbeda dengan jenis lainnya serta fungsinya. Salah satu fungsi lahan gambut dalam sebagai tempat penyerapan CO2 sehingga tidak terlepas naik atmosfer dimana jika terlalu banyak kandungan CO2 di atmosfer berdampak buruk bagi lingkungan seperti efek rumah kaca, kebakaran hutan (KARHUTLA) dan perubahan iklim. Selain itu analisis perlu dilakukan agar dapat disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Salah satu sifat lahan gambut adalah bersifat masam karena kadar pH rendah sehingga tanaman padi susah menyesuaikan jika tidak dilengkapi dengan pasokan air yang baik untuk menetralkan kadar pH dari tanah tersebut. Drainase perairan menjadi hal dalam kesatuan mekanisme pengolahan jika padi menjadi komoditas yang akan ditanami. Waktu pengolahannya pun memerlukan waktu dan daya yang besar karena biasanya masyarakat membukan lahan gambut dengan cara membakar dinilai kurang baik dan merusak lingkungan maka alternatif lain menjadi pilihan yang memakan waktu. Selain itu peneliti ilmu tanah IPB Basuki Sumawinata, menjelaskan ekosistem sawah baru dapat stabil paling cepat 3-5 tahun apabila dilakukan secara tepat dan yang paling penting adalah ketersediaan air melihat ciri tanah berpori yang dimiliki dan mempertahankan 5-10 cm air diatas permukaan tanah.

Related Article  Kelangkaan Pupuk Bersubsidi, Penyakit Yang Belum Tersembuhkan


Pengelolaan lahan gambut perlu perhatian yang lebih dibanding dengan pengelolaan lahan lainnya sebab cenderung lahan gambut memiliki unsur hara rendah terutama unsur hara makro (NPK). Komposisi pemupukan akan bertambah jika luapan air sungai tidak terjadi yang membawa unsur hara tersebut, kesediaan unsur mikro relatif mencukupi namun yang paling utama dibutuhkan oleh tanaman adalah unsur hara makro. Jika jumlah pemupukan bertambah maka biaya input yang dikeluarkan juga membengkak ditambah produktivitas dilahan gambut tergolong rendah sehingga resiko kerugian akan mengancam.


Selain itu siklus hidrologi Indonesia menunjukkan bahwa setiap tahunnya hujan turun mulai Desember sampai Mei dan Juni sampai November memasuki musim kemarau. Dan April sampai Mei panen raya telah dilaksanakan dan beberapa wilayah di Indonesia seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan saat ini sedang musim tanam padi menyambut musim hujan terakhir untuk tahun sehingga sekitar bulan Juli sampai Agustus maka panen akan kembali dilaksanakan. Dengan hal itu stok pangan utamanya kebutuhan pokok masih terjamin jika hasil panen para petani tetap stabil. Olehnya upaya menjaga stok pangan adalah memperhatikan petani dengan mempermudah kebutuhan input pengelolaannya agar tetap hasil panen tetap stabil.


Lahan gambut untuk persawahan jika genangan air berlebih juga mengalami kerusakan namun tetap harus dipertahankan kebutuhan air sehingga untuk petani padi dilahan gambut produktivitas meningkat dibulan kemarau jika memiliki drainase yang bagus. Artinya padi untuk lahan gambut dapat menjadi antisipasi jika saham dilahan basah atau lahan produktif mengalami gagal panen namun untuk tahun ini data BMKG menunjukkan bahwa curah hujan tahun ini normal sehingga sawah dilahan produktif tetap aman. Sementara kebutuhan lahan gambut untuk menjaga lingkungan tetap perlu diperhatikan karena pencemaran polutan Indonesia termasuk mengkhawatirkan maka keberadaan hutan gambut untuk mengurasi pencemaran lingkungan juga menjadi hal penting. Kemudian terpenting dalam menjaga stok pangan utamanya dalam kondisi saat ini adalah mempermudah petani dalam mengakses input seperti bibit dan pupuk sebab disituasi sekarang ikut terganggu, pengendalian harga dari pemerintah agar petani tidak mengalami kerugian dan distribusi pangan antar wilayah untuk menutupi defisit pangan dibeberapa wilayah mesti mendapat kelonggaran dalam penyalurannya. Sehingga stok pangan Indonesia tetap terjamin sampai pandemi ini berakhir.

Related Article  Sosialisasi Prokes Cegah Produk Perikanan Terpapar Covid-19 Terus Digencarkan

Penulis : Yusran

Referensi :

Media Indonesia (Foto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *