Pengelolaan Hasil Perikanan Di Tengah Pandemi CoViD-19

Perkembangan sektor perikanan setiap tahunnya memang mengalami peningkatan produksi, ekspor, neraca perdagangan naik, akan tetapi awal 2020 sampai Mei, sektor perikanan mengalami fluktuasi daya beli dan ekspor yang terbatas karena dampak dari virus corona yang menyerang hampir seluruh negara, hal ini membuat sektor perikanan mulai dari pelaku usaha budidaya, perikanan tangkap (nelayan) dan usaha pengelolaan hasil perikanan Indonesia terpukul. Pengelolaan Hasil Perikanan Di Tengah Pandemi


Akibat pandemi covid-19, angka kemiskinan bertambah yaitu 1,16-3,78 juta orang miskin baru, angka pengangguran naik yaitu 2,92-5,23 juta pengangguran baru, dan kondisi seperti ini tentunya menjadi ancaman krisis ekonomi yang harus di waspadai. Dalam perkembangan sektor perikanan untuk sektor perikanan tangkap menurun karena daya beli pasar juga menurun yang sebenarnya bisa di jaga stabilitas penampungan hasil tangkap melalui fasilitas cold storage dari KKP yang mempunyai kapasitas 100 ribu ton yang masih idle, ditambah dengan cold storage milik BUMN. Ketika hasil perikanan tangkap bisa maksimal diolah dengan baik maka tentunya neraca perdagangan akan meningkat dan untuk ekspor sendiri akan terjaga, tetapi untuk saat sekarang ini lebih baik pemerintah dan pelaku usaha perikanan yang terlibat di dalamnya memperhatikan pasar lokal.


Begitu banyak ancaman krisis pangan yang akan terjadi akibat virus corona. Krisis pangan dunia dan potensi konflik perebutan sumber daya pangan, FAO memprediksi akan terjadi krisis pangan dunia akibat pandemi covid-19 seperti lonjakan permintaan produk pangan yang besar sehingga perlu menjaga kontinuitas produksi, menjaga stok pangan di masing-masing negara dikarenakan hambatan ekspor-impor karena laju ekspor-impor barang antar negara akan terhambat dari pembatasan akses transportasi. Hal ini mengakibatkan harga komoditas pangan tidak stabil karena supply dan demand yang tidak terkontrol, maka diperlukan tata kelola harga yang baik. Potensi perebutan akses terhadap sumberdaya pangan, hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadi karena masing-masing negara akan mencari sumber pangan baru walaupun hal itu dapat dilakukan dengan cara agresif.

Related Article  KKP Tegaskan Agenda Ekonomi Biru Indonesia di Sidang COFI FAO
Pengolahan Produk Perikanan


Kehadiran pandemi sangat memukul perikanan dan kelautan dan permasalahan yang ditimbulkan yaitu persoalan distribusi dan harga ditingkat nelayan jatuh, karena hambatan distribusi dan logistik sehingga produk tidak terserap oleh pasar. Harga ditingkat konsumen naik yang menjadikan konsumen terbebani, industri pengolahan menurun karena kelangkaan bahan baku dan pemutusan TK. Keterputusan hulu-hilir tentunya dapat mengancam kelangsungan produksi dan penyediaan pangan dari sumber ikan. Maka dari itu diperlukan jaminan stok ikan yang harus ditopang distribusi yang baik agar dapat menjamin nelayan dan pelaku usaha budidaya tetap produksi. Pengelolaan Hasil Perikanan Di Tengah Pandemi


Walaupun begitu banyak dampak yang dirasakan masyarakat dan pemerintah ditengah pandemi, hal ini membuat peluang yang bisa dimanfaatkan masyarakat seperti pasar domestik terbuka lebar akibat kelesuan ekspor, tinggal dirumah membuat kesadaran masyarakat untuk meningkatkan imunitas tubuh dan protein hewani menjadi supply imun tubuh yang mencukupi dan semua bisa dilakukan pemasaran daring (E-Dagang) sebagai salah satu alternatif ditengah kebuntuan distribusi.


Kondisi seperti ini tentunya tidak terlepas dari keberpihakan politik seperti DPR mendorong KKP agar meningkatkan Anggaran di tahun-tahun mendatang dan berkoordinasi dengan kementerian BUMN untuk melibatkan BUMN seperti (Perum Perindo, PT. Perinus, PT.Garam dan Himbara untuk dapat menyerap komoditas perikanan dan komoditas Garam hasil masyarakat serta memaksimalkan resi Gudang atau sistem rantai dingin. Melalui agenda mitigasi dengan memanfaatkan jejaring BUMN, BUMD dan BUMDes untuk menjaga penyerapan hasil produksi dengan harga wajar dan harus didukung oleh jaminan kelancaran disribusi logistik tentunya untuk membuka jalur distribusi barang perbaikan logistik ikan nasional dan pemerataan insentif untuk nelayan dan pelaku usaha perikanan lainnya seperti BLT, Bansos, Asuransi Nelayan, Sarana produksi dan harus tepat sasaran yang artinya sangat membutuhkan tanpa ada KKN, dari keadaan seperti ini kita bisa menggarap pasar domestik dan jaminan bahan baku untuk industri pengolahan, karena untuk meningkatkan imunitas tubuh, perlu direspon dengan penyediaan hasil olahan ikan yang berkualitas.

Related Article  Permintaan Jahe Melonjak Selama Pandemi


Agar semua dapat terealisasi dengan baik maka dibutuhkan relaksasi kebijakan seperti memudahkan izin usaha dan investasi di bidang perikanan dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan sumberdaya ikan dan ekosistemnya.


Untuk strategi dari PERUM PERINDO sendiri dalam menghadapi covid-19 agar usaha pengolahan perikanan dan perikanan tangkap tetap meningkat, maka perlu dilakukan peningkatan penjualan online untuk memudahkan masyarakat belanja melalui blanja.com dan penjualan ritel di perumahan-perumahan dan memanfaatkan karyawan yang WFH sebagai agen.


Perum Perindo juga siap menjadi pelaku sistem resi Gudang untuk menampung hasil tangkapan nelayan yang melimpah dan akan mengelola 15 cold storage milik perum perindo dari Aceh sampai Papua dengan kapasitas total 4.170 ton.
Semua hasil perikanan mulai dari perikanan tangkap, budidaya ikan dan udang dapat dikelola dengan baik ketika semua pihak terkait bisa bekerja sama dengan baik

Penulis : Muh. Taqwa

Referensi :

Hasil Diskusi ISPIKANI_Talk_1 6 Mei 2020, Pengelolaan Hasil Perikanan Di Tengah Pandemi CoViD-19) Via ZOOM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *