PTPN Canangkan Dekarbonisasi Dengan Bentuk Dua Sub-holding Perkebunan Kelapa Sawit

PT Perkebunan Nusantara telah membentuk dua sub-holding untuk perkebunan kelapa sawit, yaitu PalmCo dan SupportingCo. Langkah ini diyakini akan berdampak positif pada pengurangan emisi karbon (dekarbonisasi).

Menurut Mohammad Abdul Ghani, CEO PT Perkebunan Nusantara III Persero, dekarbonisasi dimulai dengan penggunaan pupuk yang tepat dan pelestarian area konservasi tinggi.

Berdasarkan perhitungan dari tahun 2019, total emisi karbon yang dilepaskan sebagai CO2 dari produksi gabungan semua perkebunan PT Perkebunan Nusantara, yang akan menjadi sub-holding perkebunan kelapa sawit, diperkirakan sebesar 2.849 ribu ton per tahun.

Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan sejenis yang menghasilkan sekitar 3,4 ribu ton hingga 4,2 ribu ton per tahun. Hal ini dimungkinkan melalui penggabungan aset dari semua PT Perkebunan Nusantara, yang menghasilkan total luas perkebunan sebesar 813 ribu hektar, ditambah dengan jumlah yang signifikan dari area konservasi tinggi. Area-area konservasi tinggi ini dipertahankan sebagai hutan alam dengan keanekaragaman spesies tumbuhan dan hewan di dalam kawasan konsesi.

Sub-holding perkebunan kelapa sawit akan terdiri dari PTPN IV di Sumatera Utara, PTPN V di Riau, PTPN VI di Jambi, dan PTPN XIII di Kalimantan. PTPN XIII mengelola perkebunan kelapa sawit inti seluas 55.440,49 hektar (48,91 persen) dan perkebunan plasma seluas 57.908,60 hektar (51,09 persen) di empat provinsi di Kalimantan.

Dukungannya meliputi sembilan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 440 ton tandan buah segar (TBS) per jam dan dua unit pengolahan biodiesel dengan kapasitas 6.000 liter per hari. Produk yang dihasilkan meliputi minyak kelapa sawit, minyak biji kelapa sawit untuk industri minyak nabati di Indonesia, dan biodiesel yang utamanya untuk konsumsi internal.

Penggabungan SupportingCo melibatkan PTPN I di Aceh, PTPN II di Sumatera Utara, PTPN VII di Sumatera Selatan dan Lampung, PTPN VIII di Jawa Barat, PTPN IX di Jawa Tengah, PTPN X, XI, dan XII di Jawa Timur, dan PTPN XIV di Sulawesi. Mohammad Abdul Ghani menekankan bahwa PT Perkebunan Nusantara telah lama berkomitmen pada pelestarian lingkungan, bahkan sebelum pembentukan PalmCo, SupportingCo, dan SugarCo (penggabungan perkebunan tebu dan pabrik gula).

Related Article  Hak Ekspor Diturunkan untuk Jaga Pasokan DMO Minyak Goreng

Mereka telah melaksanakan berbagai langkah, termasuk pelestarian area konservasi tinggi, pengurangan emisi dari lahan gambut, penggunaan pupuk yang tepat, dan sertifikasi berbagai lembaga, seperti ISPO, RSPO, dan ISCC. Pada tahun 2023, PT Perkebunan Nusantara berencana untuk menjadi salah satu dari tiga perusahaan pertama yang mendapatkan sertifikasi ISPO di Indonesia, serta sertifikasi RSPO dan ISCC.

Saat ini, sebanyak 54 pabrik kelapa sawit yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara dan rantai pasokannya telah mendapatkan sertifikasi ini, dan jumlahnya diperkirakan akan mencapai 65 pabrik kelapa sawit pada akhir 2023.

Dalam bisnis secara keseluruhan, PT Perkebunan Nusantara berkontribusi pada dekarbonisasi melalui tiga pilar: efisiensi energi, dekarbonisasi dalam sektor listrik dengan menghasilkan energi rendah emisi, dan elektrifikasi pengguna akhir. Untuk menghasilkan listrik dari sumber rendah emisi, PT Perkebunan Nusantara memaksimalkan pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit (POME) untuk menghasilkan gas metana (biogas).

Biogas kemudian digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin yang menggerakkan generator listrik. Karena limbah cair yang serupa juga dihasilkan dalam pengolahan tebu menjadi gula, fasilitas biogas juga didirikan di perkebunan tebu dan pabrik gula.

PT Perkebunan Nusantara telah memanfaatkan biogas sejak tahun 2012, dimulai dengan kolaborasi antara PTPN V di Riau dan sebuah perusahaan Malaysia di bawah sistem Built Operated Transferred (BOT). Listrik yang dihasilkan digunakan untuk kebutuhan pabrik, dan surplusnya didistribusikan ke masyarakat.

Mereka juga terlibat dalam Biogas Cofiring dalam kolaborasi dengan Badan Riset Nasional (BRIN), bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk Bio CNG, dan telah secara mandiri membangun fasilitas biogas mereka sendiri.

Saat ini, PT Perkebunan Nusantara, melalui PTPN VII, terlibat aktif dalam pengembangan biogas dalam kolaborasi dengan PT PGN (Tbk) dan tiga perusahaan gas dari Jepang: Osaka Gas Co Ltd (Daigas), JGC Holding Corporation (JGC), dan Inpex Corporation.

Related Article  Lahan Konsesi Kelapa Sawit Korindo Tuai Masalah