Kondisi yang dapat diketahui bahwa secara geografis Indonesia membentang dari 6 LU sampai 11 LS dan 92 sampai 142 BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya kurang lebih 17.504 pulau. Tiga perempat wilayahnya adalah laut (5,9 juta km2), dengan panjang garis pantai 95.161 km. Kiranya hal tersebut menjadi statistik yang luar biasa bagi negara bernama Indonesia. Meraba Kondisi Perikanan Indonesia Menyongsong SDGs
Menurut Kepmen Kelautan dan Perikanan Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas wilayah laut yang dapat dikelola sebesar 5,8 juta km2 yang memiliki keanekaragaman sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat besar. Potensi lestari sumber daya ikan atau maximum sustainable yield (MSY) di perairan laut Indonesia sebesar 6,5 juta ton per tahun, dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 5,2 juta ton/tahun (80% dari MSY).
Pesatnya pertumbuhan penduduk dunia menjadikan kebutuhan akan sumber daya laut ikut meningkat. Sebagai negara yang bercorak maritim Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi penyedia kebutuhan manusia untuk sumber daya laut. Tingkat konsumsi dan permintaan ikan dunia cenderung meningkat. Sejak tahun 1990, dunia sebenarnya telah mengalami kekurangan pasokan ikan diperkirakan sebesar 19,6 juta ton pada tahun 2000; 37,5 juta ton pada tahun 2010 dan 62,4 juta ton pada tahun 2020 (FAO, 2000).
Ekosistem pesisir dan laut di Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayati kini mulai terdegradasi akibat eksploitasi yang berlibah guna memenuhi kebutuhan manusia. Degradasi ini akan terus berlanjut jika tidak segera dilakukan pengelolaan yang sifatnya berkelanjutan. Salah satu hal yang bisa diupayakan untuk mengurangi hal tersebut adalah dengan pemanfaatan teknologi pengelolaan perikanan, sehingga pemanfatan ekosistem laut dan pesisir dari hulu ke hilir dapat meminimalisir kerusakan ekosistem tersebut.
Faktor penting dalam memenuhi permintaan ikan dan produk perikanan di masa depan adalah pengembangan teknologi, sebagai penunjang peningkatan tangkapan serta mencegah penipisan sumber daya yang berkelanjutan. Hal yang sangat diharapkan tentunya dari teknologi perikanan ini adalah dapat meningkatkan produksi, memasok produk ikan berkualitas tinggi, dan berkontribusi pada perlindungan lingkungan perairan dari kerusakan. Selain teknologi penangkapan ikan dan akuakultur, teknologi produk ikan baru berkontribusi pada pembangunan ekonomi, misalnya melalui pemrosesan nilai tambah seperti teknologi surimi. Oleh karena itu, pengembangan teknologi perikanan memegang peranan penting dalam mencapai pengelolaan sumber daya perikanan yang berkelanjutan.
Era SDGs (sustainable development goals), yang dimulai dengan pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 25-27 September 2015 di markas besar PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), New York, Amerika Serikat. Acara tersebut merupakan kegiatan seremoni pengesahan dokumen SDGs (Sustainable Development Goals) yang dihadiri perwakilan dari 193 negara. Salah satu indikator dalam SDGs adalah sumber daya perairan yang dinilai dapat berperan penting bagi pembangunan di Indonesia. Meraba Kondisi Perikanan Indonesia Menyongsong SDGs
Sumberdaya pesisir dan kelautan merupakan potensi penting dalam pembangunan di masa depan. Luas wilayah laut Indonesia adalah 62% dari luas wilayah nasional, belum termasuk zona ekonomi eksklusif seluas 2,7 juta kilometer persegi. Dengan potensi wilayah dan keanekaragaman hayati ini Indonesia harusnya memiliki peran penting dalam mewujudkan SDGS indikator ke 14, jika dikelola secara modern dan menggunakan teknologi yang sifatnya berkelanjutan. Laut dan segala sesuatu yang terkandung didalamnya merupakan kekayaan alam yang memerlukan pengawasan dan pemanfaatan optimal.
Referensi :
Jurnal Kita Edisi Pembangunan Vol. 1 No. 1 Tahun 2018
www.indonesianindustry.com (Foto)