IndonesiaTerserah potret kekecewaan warganet jadi trending topik, Tagar ini menyiratkan kekecewaan atas kerumunan orang saat PSBB. Sumber dari : Zonautara.com. Perspektif Nelayan Indonesia Sambut New Normal
Masih terkait dengan covid-19.
Masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa daerah akan segera diberhentikan, pemerintah mengeluarkan statemen persiapan diadakannya “NEW NORMAL” ditengah kendala dalam memutus rantai penularan.
Ada apa dengan pemilik wewenang dalam mengatur negara?
Diketahui Hampir seluruh tenaga medis membuat tagar #indonesiaterserah, akibat ulah dari masyarakat yang tidak patuh dengan peraturan yang telah dibuat, akan tetapi dikutip dari unggahan salah satu masyarakat indonesia, budi kurniawan ” soal pelanggaran PSBB itu bukan karena masyarakat indonesia tidak disiplin melainkan karena tidak jelasnya aturan. Orang dilarang ke mall tetapi mall tetap di buka, orang dilarang mudik tetapi kendaraan boleh lewat, dan bandara tetap beroperasi.” Perspektif Nelayan Indonesia Sambut New Normal
Semua Terbukti bahwa kurang tegasnya PEMBUAT ATURAN akan berdampak dengan pengaplikasian sebuah ATURAN.
Setiap hari pasien positif corona selalu meningkat lantas mengapa pemerintah buru-buru melakukan NEW NORMAL dalam bulan juni mendatang?
Ternyata Pemulihan Ekonomi adalah salah satu alasan mengapa NEW NORMAL akan segera diberlakukan, yang menjadi acuannya ialah nilai tukar rupiah yang diprediksi akan semakin anjlok akibat covid-19.
Dengan sistem baru ini dapat dilihat berdasarkan informasi dari liputan6.com Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.761 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.774 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, untuk sementara respons pelaku pasar masih cenderung positif terhadap skenario new normal.
“Sejauh ini setiap rencana untuk mengaktifkan kembali perekonomian, ditanggapi positif oleh pasar. Pasar biasanya melakukan antisipasi dulu sebelum pelaksanaannya,” ujar Ariston dikutip dari Antara, Rabu (27/5/2020).
Menurut Ariston, rencana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan diimplementasikannya skenario normal baru, harus memberikan sentimen positif ke rupiah karena ekonomi akan kembali bergerak mendekati normal.
jika pemerintah terfokus akan EKONOMI NEGARA, Lantas bagaimanakah pengaruh sistem new normal dalam mengatasi penurunan tingkat penghasilan dalam bidang perikanan terkhusus untuk para nelayan ?
Dengan melihat fase new normal yang didalamnya terhubung dengan dibukanya sekolah, tempat perbelanjaan, perkantoran, dan lain-lain yang justru bisa menjadi klaster baru penyebaran virus corona. Apakah hal itu tidak mengancam pada keselamatan kerja para nelayan dan masyarakat lainnya?
Dalam memperjuangkan kehidupannya, sampai saat ini para nelayan menjual hasil tangkapan mereka dengan harga yang rendah dikarenakan harga ikan dipasaran yang turun drastis semenjak pandemi covid-19 berlangsung.
Jika kita meninjau pada pendapatan para nelayan berskala besar yaitu kegiatan ekspor ikan ke luar negeri. fase new normal menawarkan harapan akan pemulihan permintaan barang dan ekspor. Maka bisa saja penghasilan nelayan akan meningkat seiring berjalannya waktu.
Akan tetapi Jika dikaji kembali pemberhentian PSBB memiliki dampak negatif yang cukup besar dari segi kesehatan dan prediksi kasus pasien positif akan lebih parah dari biasanya.
Bukankah negara akan rugi dalam segi Sumber Daya Manusia-nya ? Para tenaga kerja akan gugur satu persatu sebab harus di isolasi, lantas masihkah EKONOMI jadi PRIORITAS?
Apa sudut pandang dalam bidang kesehatan mengenai hal tersebut, apakah tenaga medis setuju akan hal itu?
Jika BERLAKUNYA PSBB PASIEN POSITIF CORONA MASIH MENINGKAT, APA YANG TERJADI JIKA NEW NORMAL TELAH DIBERLAKUKAN?
Kompas.com mengemukakan tentang Kekhawatiran Tenaga Medis dan Harapan mereka kepada pemerintah, Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia Prof. David S. Perdanakusuma membenarkan kekhawatiran itu karena melihat kondisi yang ada saat ini.
“Karena memang tugas dokter berhadapan dengan penyakit. Namun dalam kondisi tidak terkendali secara jumlah makin meningkat, obat dan vaksin belum ada, menjadikan situasi sangat mengkhawatirkan,” ujar David.
Hal yang sama juga diungkapkan Dicky yang tengah menempuh pendidikan doktoral di Griffith University, Australia. Pola baru ini hanya efektif dan bisa dilaksanakan jika pemerintah tetap konsisten melakukan intervensi pandemi melalui testing, tracing, dan isolasi secara masif serta agresif.
Jika intervensi ini melemah dan pelaksanaan kebijakan new normal tidak disertai aturan yang jelas maka potensi bertambahnya jumlah kasus infeksi dan kematian bisa semakin bertambah. “Pemerintah (pusat) atau pemda wajib membuat langkah antisipasi sebelum aturan (new normal) diberlakukan. Wajib libatkan ahli epidemiologi dan penyakit menular untuk ini.
Strategi nasional dan daerah yang komprehensif dan jelas berperan sangat penting dalam pelaksanaan kebijakan pemberlakuan pola hidup baru ini. Dengan adanya kebijakan yang tegas, penerapan new normal baru akan terlihat hasilnya. “Posisi dan peran pola baru dalam bekerja, sekolah, pelayanan, dan lainnya akan terlihat jelas dan sekaligus dapat terus dimonitor dan dievaluasi perkembangannya.
Jika bukan kita yang peduli, lalu siapa lagi?
Dapat diambil kesimpulan, untuk memutus rantai penularan hingga pemulihan ekonomi dapat berlangsung tanpa iming-iming pandemi lagi, maka kita MASYARAKAT INDONESIA harus bersama-sama menuntaskannya, dengan bergantung kepada KETEGASAN PEMERINTAH DALAM MEMPERTANGGUNG JAWABKAN ATURAN sampai pada MASYARAKAT YANG HARUS TAAT ATURAN.
Penulis : Jumriani Syam